JANGAN CEMAS, RAIHLAH CITA-CITAMU
Pagi itu, Jumat, 5 Mei 2023, langit-langit sedikit berawan. Meski begitu, Matahari tetap terbit sediakala. Orang bilang kalau hujan itu berkat, maka Matahari adalah rahmat. Syukur selalu dipanjatkan karena Sang Khalik tidak henti-hentinya beri terang dan gelap dalam hidup ini. Terang dan gelap mesti dilihat sebagai anugerah Tuhan.
Bahwasannya, kita boleh merasakan baik dan buruk, senang-susah, karena campur tangan Tuhan. Bagi kaum Nasrani, bulan kelima atau Mei disebut juga bulan Maria. Bulan yang disediakan khusus untuk berdoa bersama dan dengan pengantara Bunda Maria, Ibu Yesus. Segala ujud dan permohonan dipanjatkan melalui wanita tanpa celah, Bunda Maria.
Kepada kita dianjurkan untuk selalu khusuk berdoa melalui manik-manik Rosario. Pada bulan yang sama juga, tepatnya hari ini, pelajar kelas XII akan mengakhiri masa-masa SMA mereka. Seperti sebuah roda, seterang-terangnya matahari menyinari, tetap ada malam. Pagi berganti malam. Malam berganti pagi. Siklus ini bertanda kalau tidak ada yang tetap di bumi ini.
Dengan kata lain, selalu ada 'jeda' untuk selesai. Persisnya, pelajar kelas XII resmi dinyatakan selesai berseragam sekolah dan yayasan. Selesai juga bersepatu putih-hitam. Selesai juga mengerjakan tugas. Selesai juga berkumpul dan berjumpa dengan teman dan bapa ibu guru. Semuanya telah benar-benar 'selesai' sebagai pelajar didikan Smater.
Kisah mereka ini berakhir, karena semua ada waktunya. Setiap orang ada zamannya. Setiap zaman ada orangnya. Untuk mengakhiri semuanya itu (baca:selesai) dirayakan perayaan Ekaristi bersama. Misa dirayakan sebagai tanda syukur sekaligus melepas pergi pelajar kelas XII ke jenjang yang lebih tinggi, ke cita-cita yang mereka sudah gantungkan.
Dalam khotbahnya, Pater Eman Wero, SVD menggugah para pelajar untuk tidak takut pada rasa cemas dan berpatokan pada kegelisahan. Memang semua yang dikejar dan hendak diraih akan selalu dihantui perasaan gelisah. Murid Yesus saja gelisah. Mereka gelisah atau cemas karena Yesus akan pergi, kata Pater Eman.
Menurut Pater Eman, para siswa kelas XII juga pasti cemas. Kenapa? Lanjutnya, karena ada tiga hal. Pertama, karena tiga tahun tidak terasa sudah berujung. Kedua, para pelajar kelas XII harus meninggalkan teman dan adik-adik kelas. Ketiga, gelisah karena tidak terasa perjuangan sudah selesai.
Namun, dia mengajak pelajar kelas XII untuk pasrah kepada hidup, jalan, dan kebenaran satu-satunya, yakni Yesus. "Apakah kegelisahan ada dalam pikiran kalian? Kalau ada berarti kalian semua ada manusia. Selama kita manusia kegelisahan tetap ada. Kita harus tetap bertumpu cita-cita dan masa depan kepada Yesus sebagai jalan, kebenaran, dan hidup", kata Pater Eman.
Khotbah Pater Eman ini semakin lengkap, karena intirasi sambutan Riani begitu menyentuh. Riani adalah pelajar kelas XII MIA I mewakili seluruh ungkapan pelajar kelas XII. Ada tiga pesan penting dari Riani. Pertama, rasa bangga. Kebanggaan Riani menjadi cerminan kebanggaan teman-teman seangkatan.
Menurutnya, pilihan untuk menjadi anggota keluarga Smater adalah pilihan yang sangat tepat, karena selama tiga tahun terbentuk karakter, rasa percaya diri, dan tidak ragu untuk melangkah dan memilih masa depan. Kedua, terima kasih. Terima kasih dari Riani, karena arahan dan usaha dari Frater kepala sekolah, dewan guru, dan adik-adik kelas telah memberikan pelajaran yang berharga, sehingga menjadi lebih baik dan matang.
Ketiga, minta maaf. Minta maaf dari Riani kepada Frater kepala sekolah, dewan, dan para pegawai serta adik-adik kelas. "Tanpa bapak ibu guru, kami hanyalah sekolompok anak muda yang berkeinginan tinggi, tapi tanpa arah. Jika diibaratkan, kami hanyalah tunas yang berkeingan tumbuh, berakar kuat, tetapi tidak tahu dalam memilih gizi untuk memperkuat", ungkap Riani.
Fr. Norbert mewakili seluruh segenap civitas academica Smater. Menurutnya, pelajar kelas XII telah melewati beberapa aspek dengan baik, yakni aspek kerohanian, aspek pengetahuan, aspek sadar proses, dan aspek ekologis. Ia mengucapkan terima kepada orang tua dan kepada pelajar XII yang telah sama-sama berjuang bersama Smater kurang lebih tiga tahun. Ia menyakini para alumni angkatan X akan banyak menjadi orang sukses dan baik di kemudian hari.
Pendidikan adalah senjata paling ampuh mengubah dunia, ungkap Nelson Mandela. Kata-kata Nelson ini tanpa makna apabila kehilangan roh atau semangat. Sebagaimana kata Pabelo, ketua Osis: "Jangan pernah takut untuk mencoba, terus berkreasi, asah kemampuan, dan teruslah bermimpi, karena sesungguhnya mimpi adalah awal dari semangatmu".
Akhirnya, banyak terima kasih untuk segala kebersamaan, kebaikan, drama, kekurangan, dan kelebihan selama tiga tahun. Kalian telah jadi yang terbaik selama tiga tahun. Jangan lupa bermimpi tinggi. Kejar cita-cita sampai tuntas. Salam dan dan bahagia.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini