Merdeka. Merdeka. Merdeka. Pekikan ini lantang disuarakan Soekarno kala itu. Ratusan hingga ribuan masyarakat Indonesia membludak. Mereka ikut kobarkan semangat kemerdekaan. Semua turun ke jalan. Mendengarkan orasi sang proklamator dari sudut-sudut jalan. Dengan tekat yang sama, mereka lawan penjajahan.
Ketika bangsa penjajah pergi, merah putih ditegakkan. Begitu panjang cerita masalah lalu. Kini, Indonesia berusia 78 tahun. Usia yang relatif tua. Tua dari segi usia, tapi muda dalam perjuangan. Merdeka. Merdeka. Merdeka. Perjuangan bangsa Indonesia untuk tetap merdeka disuarakan terus. Beragam cara menyuarakan kemerdekaan. Beragam pemikir melontarkan kata merdeka. Wajar kalau sampai sekarang, dimana saja, kapan saja, orang menyuarakan kemerdekaan.
Apa itu merdeka atau kemerdekaan? Banyak pengertiannya. Sedikit banyak yang jago mendefinisikannya secara ilmiah. Tidak kurang dari jutaan sudah mengerti arti dan paham makna kemerdekaan. Sekarang, orang bisa tafsir bebas tentang kemerdekaan. Di sini, laman SMATER, tidak akan dibahas perihal kemerdekaan. Toh, semua pelajar SMATER paham dan tahu soal kemerdekaan. Di kesempatan jalan pulang dua hari lalu, seorang pelajar kelas X menjawab kemerdekaan berarti bebas dari penindasan.
Kemarin saat melintasi koridor kelas, pelajar kelas XII mengutarakan kemerdekaan artinya upaya untuk tidak takut dari apa saja. Ia menjelaskan kalau masih takut berarti belum merdeka. Menurutnya, untuk semakin kuat bertahan dalam ketakutan, ia khusnul yakin, ada ruang kebebasan (merdeka) untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Atau pemaknaan kemerdekaan, seperti yang sudah dilakukan beberapa hari lalu. Bersuara atau menyampaikan gagasan adalah ciri orang merdeka. Berpidato salah satunya. Lewat pidato, para pelajar menyuarakan berbagai hal. Soal jadi pelajar yang disiplin, kritis, atau tidak takut mengejar mimpi, jangan malas, berani berlangkah, menjadi anjuran supaya kata merdeka tidak diucapkan, tapi dipraktikkan.
Lebih dari itu lagi, merdeka berarti sadar akan potensi atau kemampuan diri. Siswa yang sadar akan kemampuan diri adalah orang yang merdeka. Minimal kenal potensi diri sendiri. Hal itu terjabar dalam kegiatan pagi ini. Para pelajar merdeka dengan diri sendiri. Mereka tampil apik di hadapan 'orang-orang teras' kabupaten Lembata.
Penampilan pertama ditunjukkan oleh delapan pelajar yang ikut dalam parade paskibra merah putih. Yola Wutun pembawa baki. Noel pengibar bendera. Airin, Rolis, Karlos, Murni, Spae Tukan, dan Vela sebagai anggota paskibraka. Mereka pelajar Smater dari kelas XI. Penampilan mereka luar biasa. Tidak ada yang salah. Orang tua dan sekolah tentu sangat bangga. Mereka tampil sempurna.
Penampilan kedua korsik Marching Band. Kelompok pimpinan Ibu Maria Bunda ini tampil luar biasa. Sepanjang apel bendera tidak ada kesalahan. Penampilan ketiga anggota paduan suara. Kelompok yang dipimpin Pak Marjo tampil memukau. Mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya. Menyanyikan lagu-lagu Nasional dengan baik.
Apel bendera berakhir khidmat. Kata Bung Karno, "belajarlah habis-habisan mendatangkan nasib yang sejati-jatinya merdeka." Bagi Bung Karno, kemerdekaan dari penjajahan yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus ini belum merupakan hasil akhir dari perjuangan. Justru awal yang memungkinkan dilakukannya perjuangan mewujudkan kemerdekaan yang sejati.
Selamat Hari Merdeka. Tetap semangat.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini